Layanan Kami

SoS for Leadership

Pengantar

Pada tahun 1970, Greenleaf, Vice President American Telephone and Telegraph Company (AT&T) melakukan penelitian mengenai apakah leadership itu. Dari hasil penelitian dan pengamatannya, ia menerbitkan buku “The Servant as Leader” yang beberapa kali dicetak ulang.
 
Menurut Greenleaf, kepemimpinan yang melayani adalah cara tercepat untuk membangun suatu kondisi masyarakat yang lebih baik dan lebih peduli. Ia berpandangan bahwa yang dilakukan pertama kali oleh seorang pemimpin besar adalah melayani orang lain. Kepemimpinan yang sejati timbul dari mereka yang motivasi utamanya adalah keinginan menolong orang lain.

Apa yang dipaparkan oleh Greenleaf seseungguhnya hakekat dari cara kerja dari soul (jiwa), sebab tak akan mungkin seseorang mampu melayani orang lain dengan tulus jika jiwanya tidak berperan. Berdasarkan banyak penelitian, sifat soul adalah memberi dan melayani, sementara mind (pikiran) adalah sumber dari semua keinginan dalam diri manusia, yang baru bisa termanifestasikan dan menggerakan individu jika terkoneksi dengan perasaannya (feel). Namun tidak mutlak setiap pikiran dan perasaan yang menyatu mampu menggerakan jiwanya. Soul baru berfungsi jika pikiran dan perasaan yang dikadung oleh individu bersifat positif atau cinta.

Dalam Workshop SOS for Leadership, materi yang diberikan tidak lagi mengedepankan pemahaman mengenai apakah leadership itu, tetapi lebih menekankan pada menggerakkan kekuatan soul dalam diri peserta. Mengapa? Sebab pada dasarnya semua manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai seorang pemimpin. Karena pola asuh dan pola komunikasi yang menekankan pada hasil, akibatnya kelayakan dan kesadarannya sebagai pemimpin menjadi terkikis. Ketika soul kembali difungsikan otomatis seluruh potensi dan pengetahuan yang dimiliki individu menjadi luar biasa, melebihi apa yang dipaparkan dalam buku “The Servant as Leader”.

Materi

  • Communication by soul.
  • Mewaspadai kata-kata
  • Interkoneksitas energi
  • Sistem wanting
  • Like & Dislike
  • Melepaskan fear
  • Meningkatkan kelayakan diri
  • Self-sabotage
  • Melepaskan peran yang kontraproduktif
  • Memasuki dan menciptakan peranan yang dikendaki (The Best Leader)
  • Meningkatkan tingkat kesadaran

Komposisi Materi

10% : Pengetahuan umum teater, jurnalistik dan psikologi
90% : Praktik komunikasi non verbal

Informasi Tambahan

Investasi sudah termasuk materi, 3 x lunch, 6x coffee break, dan T-shirt.
Syarat peserta minimal Usia 17 Tahun dan dalam satu perusahaan atau institusi (in-house)
Jumlah peserta, 10 – 16 orang dalam 1 kelas
Durasi 24 Jam efektif – 08.00 – 17.30 WIB (3 hari Full)
Tempat : Ruang Workshop Soul of Speaking Institute.- Jakarta Selatan.
Catatan: Jika Workshop dilaksanakan di Hotel atau in-house, maka maksimal peserta adalah 30 pax.

Gambaran Materi Secara Global

Meningkatkan Tingkat Kesadaran Manusia

Pada tahun 2005, Dr. David R. Hawkins, MD, PhD mengembangkan sebuah peta tingkat kesadaran manusia yang dinamakan LEVEL OF CONSCIOUSNESS (skala kesadaran). Dalam mendokumentasikan penelitiannya, ia menggunakan teknik pemeriksaan otot atau applied kinesiology (AK). Setiap tingkat kesadaran (level of consciousness) akan berhubungan dengan tingkah laku dan persepsi tentang hidup dan Tuhan.

Menggunakan rumus logaritma, Dr. Hawkins membuat skala dari angka 0 (nol) sampai 1000 (seribu). Semakin tinggi tingkat kesadaran seseorang, maka semakin memudahkan baginya memimpin dan menciptakan solusi. Individu yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi akan lebih cepat dan mudah dalam me-recall kembali pengalaman-pengalaman masa lalunya (riset oleh fisika kuantum).

Peran Dan Sub Kepribadian

Dr. Margret Rueffler (pendiri Psychopolitical Peace Institute di Staefa, Switzerland & New York) dalam bukunya mengatakan peran/sub kepribadian adalah suatu wilayah di kepribadian yang setengah permanen dan setengah otonom, yang mampu untuk bertindak seperti manusia. Semua peran yang dimainkan atau bermain dalam diri manusia, adalah energi yang hidup. Jika tidak di simpan atau dilepaskan saat usai diperankan, maka peran-peran itu akan menggerakan individu menuruti perintah peran-peran yang dimainkannya. Kerap peran itu membuat individu kehilangan peran fitrahnya. Yang lebih luar biasa lagi, setiap peran yang tumbuh dalam diri seseorang akan menarik karakter atau peran yang sama dengan karakter atau peran yang tumbuh dalam diri individu.

Dengan menutup energi peran-peran yang kontraproduktif, maka individu akan akan terhindar atau tidak mengalami pengulangan persoalan yang sama dan bertemu dengan karakteristik yang tidak dikehendakinya

Memainkan Peran yang Selaras 

DALAM TEATER, seorang aktor harus mengetahui kelemahan dan kelebihan yang ada pada dirinya baik secara fisik, intelektual, maupun pengalaman/kekayaan batiniahnya. Dengan mengetahui kelemahan dan kelebihannya itu, sang aktor bisa menganalisis dan menafsirkan value apa saja yang harus disiapkan atau ditingkatkan untuk digunakan memasuki dan menciptakan watak/karakter tokoh yang diperankannya. Tujuannya adalah agar tokoh yang diperannya itu hidup di dalam dirinya dan mampu menarik emosi penonton selaras dengan emosi yang dikandungnya, sebagaimana yang ditentukan dalan naskah. Jika tidak, maka sang aktor hanya akan memainkan kepalsuan atau memainkan egonya akibatnya tujuan pemeranan menjadi tak sampai.

Begitu pula seorang pemimpin. Ia harus tahu apa saja perannya dan bagaimana memasuki peran tersebut sehingga saat dia memasuki peran pemimpin makanya timnya senang hati melaksanakan visi dan misi serta tugas-tugas yang ditetapkan. Sang pemimpin pun menjadi berkarisma serta penuh pesona, layaknya seorang aktor yang dikagumi dan diidolakan karena kualitas aktingnya.

Interkoneksitas Energi

Dalam ilmu fisika kita mengenal hukum kekekalan energi: dikatakan energi tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan. Ia hanya bisa berubah bentuk, dari energi listrik diubah menjadi energi cahaya atau energi suara. Energi panas berubah menjadi energi gerak dan listrik.

Setiap energi jika memancar akan saling terkoneksi dengan energi sejenis. Oleh sebab itu, seorang leader harus memancarkan energi yang positif sehingga lingkungannya tak mudah stres, begitupun dirinya sendiri.